Jodoh Pasti Bertemu (little bit about Gendhis Ayuning Ashria)

Minggu, 07 Juli 2013

Dalam salah satu ruang kelas, di lantai 3 sebuah universitas swasta di Jakarta, seorang gadis terlihat sedang bercerita kepada temannya. Di setiap bagian cerita yang dia lontarkan, selalu ada senyum yang tersimpul, ada perasaan bahagia yang tertangkap dari ekspresi wajahnya dan sedikit penyesalan di bola matanya. Temannya mendengarkan dengan cermat, tidak kalah menunjukkan ekspresi kegemasannya terhadap Gendhis, sang pemilik cerita.

"Sampe sekarang gue ga pernah ketemu lagi sama dia. Entah dia sekarang dimana, di Jepang mungkin. Gue gatau" ucap Gendhis tersenyum dan menghela nafas. Mencoba mengakhiri cerita yang sejak tadi dia bagikan kepada temannya, Tiara.
"Trus ?"
"Yaudah, itu endingnya. Hahaha"
"Lo ga nyari tau gitu ?"
Gendhis menggelengkan kepalanya.
"Aah Gendhis, ceritain lagi tentang Daru" rengek Tiara sambil menarik lengan Gendhis.
"Hahaha, apa lagi Ra yang mau diceritain, gitu-gitu doang"
"Semuanya dong, Ndhis. Gue penasaran nih sama geregetan juga. Daru tuh suka kali sama lo. Coba lo bilang kalo lo suka sama dia, yakin gue dia pasti mengiyakan deh"
"Udah kok. Gue udah ngutarain perasaan gue"
"Boong banget"
"Seriusan. Lo inget kan yang gue bilang, gue bikinin dia origami burung-burungan kecil pake kertas warna-warni ?"
"Itu origami Crane, Gendhis" Tiara mengoreksi
"Itu maksud gue"
"Yang lo taro di toples kecil, trus lo kasih ke dia itu ?"
"Iya. Gue nulis pernyataan suka gue di dalem salah satu kertas origami itu"
"Yee, plis deh. Itu sih bukan ngutarain namanya. Darunya kan tetep gatau lo suka sama dia"
"Ya kalo emang dia ditakdirin buat tau, dia pasti bakal tau"
"Ya gimana caranya, lo kan nulis di dalem kertas yang udah dibentuk-bentuk gitu"
"Hehehe, gatau juga sih. kalo kata Afgan, jodoh pasti bertemu, Ra"
"Haha hehe aja lo, Ndhis daritadi. Ih jadi gue yang geregetan"
"Sama nih, gue juga, hahaha. Udah ah, gue balik ya. Lo masih mau disini ?"
"Iya, nunggu si Nissa. Katanya mau minjem catetan gue. Sama sekalian ngadem disini"
"Oh yauda, Gue duluan ya, Ra"
"Iya, ati-ati, Ndhis. Besok dateng pagi lo jangan lupa. Sama ceritain lagi pokoknya, hehehe"
Gendhis tertawa dan berkata "Sip"

Kemudian berlalu sambil memasang headphone di kepalanya. Melihat daftar lagu di handphonenya, dipilih salah satu lagu sebagai lagu pembuka dalam perjalanan pulangnya. Tak lama terdengar lantunan suara Afgan mengalun merdu.

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Jika aku (jika aku) bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu

(jika aku bukan jalanmu)
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu



Daru. Dimanapun lo sekarang, semoga lo baik-baik aja. Mungkin emang yang terbaik kaya gini, gue gausah ngeliat lo lagi, gatau apa-apa tentang lo. Sedikitpun.

                                                                          ---
Di sisi lain.
Terlihat dua orang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Satu laki-laki dewasa sedang mengetik sesuatu di laptopnya dan satu anak perempuan sedang memperhatikan toples kaca kecil, berhias pita di bagian tutupnya. Di dalamnya berisi origami Crane berukuran kecil beraneka warna.

"Kak Daru ajarin Lala bikin ini" menunjuk toples mungil yang sejak tadi dia pandangi.
"Kakak lupa bikinnya gimana"
"Yah, kakak. Lala mau bikin kaya gini"
"Yauda sini" menghentikan kegiatannya dan berpaling ke anak kecil itu.
Lala terlihat sumringah. Lalu dia mengambil toples kecil dan menyerahkannya kepada Daru.
"Kita ambil satu, trus kita buka, habis itu kita ikutin garis lipatannya ya"
"Iya kak. Aku mau yang merah kak"
"Iya"

Daru mengambil origami berwarna merah dan biru muda. Origami merah untuk Lala dan yang biru muda untuk dia sendiri. Kemudian dia membuka perlahan origami biru muda itu. Lipatan demi lipatan terbuka. Tinggallah selembar kertas warna seperti saat belum dibentuk origami.

"Sisi putihnya di bagian atas ya"
"Iya"
"Yauda, sekarang kita mulai ikutin bekas lipatannya tadi"

Tiba-tiba gerakan tangannya terhenti. Dahinya berkerut, matanya seketika tertuju pada sebuah kalimat di sudut siku sisi putih kertas. Merasa tak asing dengan pola tulisan itu, dia pun membacanya.

Daru-kun, Sukida ..


Seperti ada sesuatu yang mengalir di jantungnya. Terkejut, tak menyangka dan rasa sesal bercampur menjadi satu. Saat itu juga dia teringat sebuah wajah, wajah yang pernah ada di hatinya.

"Gendhis" satu nama terucap dari mulut Daru.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

tu cerita drmn pi???kyk cerpen d aneka yess ajah heheheheheh
good job girl
lumayan bagus klo tu hasil karangan lo,,
heheheheh smgat buat nulis lagi yaaaak,,

anissadoublees mengatakan...

masa iyaa ?
kirim ah
ahaha
karangan gw laaaah
*tepok pantat*

Posting Komentar